Misteri Desa Nagara Kalimantan dan Pemakaman Air
Desa Nagara Kalimantan, yang terletak di Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, dikenal luas karena tradisi uniknya: pemakaman di bawah air. Wilayah desa ini didominasi oleh lahan rawa, di mana genangan air menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari warga. Kondisi alam tersebut membentuk cara hidup dan budaya yang khas di tengah keterbatasan geografis.
Tradisi pemakaman dalam air yang dilakukan masyarakat Desa Nagara menjadi salah satu warisan budaya yang menonjol di Kalimantan Selatan. Praktik ini lahir dari kebutuhan karena minimnya lahan kering yang tersedia untuk pemakaman. Meski terdengar tidak lazim, tradisi tersebut telah dilakukan turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas masyarakat setempat (Liputan6, 2025).
Sejarah dan Kondisi Alam Desa Nagara
Kehidupan di Tengah Rawa
Sekitar 90 persen wilayah Desa Nagara tergenang air hampir sepanjang tahun. Rumah-rumah panggung berdiri di atas air, dihubungkan oleh jembatan kayu yang menjadi akses utama antarwarga. Masyarakat hidup berdampingan dengan alam dan bergantung pada perahu untuk mobilitas saat musim hujan tiba (Telisik, 2025).
Keterbatasan lahan membuat warga harus beradaptasi dalam banyak hal, termasuk dalam urusan pemakaman. Pada musim penghujan, hampir tidak ada tanah kering yang dapat digunakan untuk menggali makam. Di sinilah muncul solusi budaya berupa pemakaman bawah air.
Tradisi Pemakaman Bawah Air
Dalam tradisi ini, jenazah ditempatkan dalam peti khusus yang disebut tabala. Peti tersebut terbuat dari kayu ulin atau kayu keras lain yang tahan air. Setelah itu, peti ditenggelamkan ke dalam air dengan bantuan tali dan pemberat agar tetap berada di posisi yang diinginkan. Prosesi ini dikenal sebagai Bapatak dalam Banyu, yang berarti memakamkan di dalam air (Telisik, 2025).
Tradisi ini menjadi simbol kuat dari hubungan manusia dengan alam. Bagi warga Desa Nagara, air bukan hanya sumber kehidupan tetapi juga tempat kembali ketika seseorang meninggal dunia.
Upaya Pemerintah dan Masyarakat
Pembangunan TPU di Daerah Lebih Tinggi
Untuk menjawab kebutuhan warga, pemerintah daerah bersama tokoh masyarakat berupaya membangun Tempat Pemakaman Umum (TPU) di daerah yang lebih tinggi dan tidak mudah tergenang. Meski demikian, tantangan berupa keterbatasan lahan dan dana masih menjadi kendala utama. Hingga kini, sebagian warga tetap mempertahankan tradisi pemakaman bawah air, terutama saat curah hujan tinggi dan genangan tidak bisa dihindari (Liputan6, 2025).
Identitas Budaya yang Tetap Dijaga
Bagi masyarakat setempat, tradisi ini bukan sekadar ritual pemakaman, tetapi juga simbol identitas dan keteguhan menghadapi alam. Upaya mempertahankan tradisi tersebut dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur sekaligus adaptasi terhadap kondisi alam yang ekstrem.
Potensi dan Tantangan ke Depan
Dengan meningkatnya perubahan iklim dan intensitas curah hujan, kondisi genangan di Desa Nagara diperkirakan akan semakin parah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan lahan pemukiman dan fasilitas umum, termasuk TPU yang sudah dibangun.
Namun, di sisi lain, keunikan budaya ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata edukatif dan budaya. Pemerintah daerah mulai melihat peluang untuk memperkenalkan tradisi Bapatak dalam Banyu kepada masyarakat luas, tentu dengan tetap menghormati nilai-nilai adat yang berlaku.
Desa Nagara Kalimantan adalah contoh nyata bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan ekstrem tanpa kehilangan jati diri budaya. Tradisi pemakaman bawah air menjadi bukti ketangguhan masyarakat setempat dalam menghadapi keterbatasan geografis.
Untuk mengenal lebih banyak kisah budaya unik dan ketahanan masyarakat Indonesia dalam menghadapi alam, kunjungi berita-berita menarik lainnya di Garap Media. Di sana, berbagai cerita inspiratif dari pelosok Nusantara menunggu untuk ditemukan.
Referensi: